Senin, 17 Oktober 2016

#186 Enaknya Jadi Jurnalis (PART II)

Hellow Chingudeul,
Udah beberapa hari gue sibuk dengan hobby dan kesukaan baru gue di project terbaru gue #Evilog. 
Itu adalah project gue bareng temen-temen gue. 
Yah, nanti lah yah kita bahas apa sih project #Evilog itu.. 

Dan untuk postingan sekarang gue akan ngelanjutin bahasan kita. 
Bahasan bagaimana enaknya jadi Jurnalis itu. 
Apa aja pengalaman yang gue rasain saat jadi seorang jurnalis itu. 
Sebelumnya, di PART I gue udah coba bahas bagaimana awalnya gue bisa tertarik dan jatuh cinta sama dunia Jurnalis sampai hari ini.

Untuk itu, sekarang gue akan bahas bagaimana kegialaan-kegilaan gue lainnya yang gue rasain dari dunia jurnalis ini.  Jujur rasa suka dan kecintaan gue sama dunia jurnalis makin meningkat setiap harinya.

 Yap, di PART II dari enaknnya jadi jurnalis ini akan gue mulai saat gue masuk sebuah club jurnalistik di kampus waktu itu. Yang lebih lucu saat masu kclub ini adalah saat itu kita adalah anggota yang paling muda karena baru masuk semester satu, gue sama dua temen gue akhirnya memutuskan untuk asu gabung sama senior-senior lainnya tepatnya senior gue di satu fakultas yang sama yaitu fakultas Ilmu Komunikasi di jurusan jurnalistik.

 Dalam club jurnalis itu akhirnya kita membuat majalah dan juga web untu berita-berita dalam club kita tersebut. Dan alhamdulilah lancar, bahkan beberapa senior menggunakan majalah tersebut sebagai portoplio saat mulai memasuki dunia kerja *begitu kata beberapa senior yang udah lulus.

Ok, mari kita mulai.
Tapi, sebelum gue mulai membahas lebih jauh, gue akan sedikit cerita dulu keapa gue sangat tertarik dan bisa masuk dunia jurnalis sampai sejauh ini, dan punya banyak cerita sampai saat ini.

Saat ini itu gue seorang mahasiswi baru yang belum tau apa-apa soal dunia jurnalis.
Gue adalah seorang wanita yang suka banget sama hal yang berbau Korea, atau yang biasa kalian kenal dengan istilah Kpop dan Kpopers.
Dan sebagai fans, gue pastinya pengen banget bisa ketemu dengan idola gue apalagi bisa ngobrol langsung sama mereka.


Dan terbuka lebarlah jalan untuk mewujudkan harapan ngaco gue itu.
Dimana dalam club jurnalistik yang gue ikutin tadi itu gue deket sama salah satu kakak kelas gue di Fakultas. Dan kita cuma bisa bareng-bareng dikampus sebentar sampai akhirnya dia duluan lulus, namanya kak Nando.
Tapi, meskipun dia udah lulus, kita tetep rajin komunikasi terkait club jurnalistik kita.
Setelah lulus kak Nando kerja sebagai seorang fhotografer di salah satu media online di Jakarta.

Hingga sampailah kabar bahagia kalau salah satu boyband papan atas asal Korea selatan mau datang ke Indonesia. Tapi, gue lupa dengan pasti chingudeul siapa boyband pertama kali yang gue tonton sekaligus liputan :( *mian. .

Jadi, gue mulai minta liputan lah tuh sama kakak senior gue itu, dengan berbagai cara gue minta untuk liputan asal gue bisa ikut konser itu dan secara gratis (secara harga tiket konser saat itu lumayan mahal buat anak kuliahan dan nggak mau minta sama orang tua). 
Dan, beruntungnya gue, kakak senior gue itu ngijinin gue buat ikut liputan tapi, dengan satu syarat. 

Tenang chingudeul syaratnya nggak susah kok, gue cuma di suruh nulis berita aja sama dia. 

Meskipun gue belum pernah nulis berita di media beneran, tapi entah dengan keyakinan apa gue mengiyakan tawaran itu. Apapun itu akan gue lakuin asal gue bisa ikut liputan dan nonton konser pastinya. 

Kalian mau tau apa yang gue rasain saat itu. 
Saat itu gue nggak sabar nunggu pulang kuliah, di saat temen-temen gue pulang kuliah nongkrong di mall, main dimana, makan dimana, gue lebih milih buat liputan sama kakak senior gue itu. 

Gue deg-deg-an banget saat itu. 
Karena ini adalah kali pertamanya gue nonto konser dengan label wartawan. 
Gue sama sekali nggak ngerti gimana syarat dan prosedur iut konser sebagai wartawan. 
Karena jika menjadi penonton biasa gue cuma perlu beli tiket, datang ke lokasi konser, antri dan siap-siap buat open gate, masuk, lalu menimati konser dengan penuh kebahagian.

Saat itu gue ngerasa deg-deg-an. 
Yang ada di otak gue cuma bagaimana rasanya bisa ketemu langsung dengan idola gue dengan jarak dekat. 

Dan gue yakin banget festival itu lebih menyenangkan dari pada bangku VIP yang cuma bisa duduk manis. Tapi, Festival itu.... ah pokoknya kalian harus rasain sendiri nonton konser idola kalian dari gate festival. *kira-kira sepeti itu nanti rasanya. 

Dan menjadi seorang wartawan ternyata bisa lebih dekat lagi dari itu tadi dan lebih menegangkan chingudeul. Serius.
 Pasti yang ada difikiran kalian sedekat apa sih memang.

Oke,
Jadi, kalau liputan buat media itu kita akan ada sesi presconyang dihadiri para idol yang kaa tampil dalam acara tersebut.
Dan kalian tahu bagaimana keadaan tempat prescon itu.?
Baiklah akan gue bayangkan cuma buat kalian.
Sebelumnya akan gue kasih tahum kalau prsecon ini sendiri banyak jenis dan macamnyanya.
Yang kali ini akan gue bahas cuma prescon saat konser aja yah chingudeul.
Tepatnya tipe prescon di hari H konser akan berlangsung aja yah.

Lets go.
Jadi, sebelum konser berlangsung, tepatnya beebrapa jam sebelum konser dimulai, para awak media akan digiring kesuatu tempat untuk melakukan prescon dengan para idol tersebut.

Para media dengan idol tersebut akan dipertemukan disebuah ruangan khusus. 
 And you know chingudeul,
Saaat prescon itu kita cuma benar-benar berada satu ruangan dengan para idol tersebut, yah ditambah dengan pihak promotor dan beberapa tim mereka dari Korea lah yah kalau ada.
Yang harus kalian tahu lagi ruang nitu besarnya tidak cukup untuk bermain sepal bola. 
So silahkan bayagkan betapa kecilya ruangan prsecon itu. 

Meski ruangannya tidak terlalu besar dimana kemungkinan awak media akan berdesak-desakan atau bisa saja para idola tersebut akan mengalami sesak nafas karena ruangan yang tidak terlalu besar tersebut.

Tapi, chingdeul. 
Gue cuma pengen menegaskan, hikmah dari semua yang telah gue gambarkan ini. 
Ruangan kecil berarti jarang antara gue dan sang idola itu tidak terlalu jauh. 
Kalian ingin tahu bagaimana jarak itu. 
Gue akan kasih gambarannya chingudeul.

Mungkin jarak kalian dengan idola tersebut cuma berjarak beberapa meter yah, sekitar 2-3 meter lah yah khusus buat reporternya, sementara buat kameramen atau fhorografer jaraknya lumayan jauh karena memang yang di depan biasanya dikhususkan untuk para reporter.

Yap, seperti itulah kira-kira jarak dan posisi awak media dengan wartawan. 
Yups, untuk detail prescon ini gue akan bahas secara detail di postingan selanjutnya . 

Yapps, gue akan fokus bagaimana perasaan ikut konser untuk pertama kali sebagai seorang wartawan yang diharuskan menulis berita di media massa. 

Untuk reporter saat itu gue ditempatkan di kelas festival untuk pertama kali. 
Seperti yang kalian tahu chingudeul, kelas festival adalah kelas yang paling di inginkan oleh semua penggemar. Hal ini lantaran kita bisa berdiri dan melihat dari jarak dekat saat idola kita tampil. Tidak hanya itu, dari kelas festival ini juga kita bisa bergerak bebas mengikuti bias (idola) kita kemanapun dia bergerak. 

Kita bisa dengan leluasa bergerak mengikuti geraknya dan meneriakkan namanya, bahkan mengabadikan dari jarak dekat sebagai dokumentasi. 

Pokoknya seru banget lah chingudeul, kita bisa ikut prescon, bertanya langsung dan meihat apa yang tidak bisa di lihat oleh para penggemar pada umuumnya.
Dan yang paling nggak bisa gue lupakan adalah saat mengikuti precon Boyband Korea Selatan 2PM bertajuk What Times is it.

 Meski itu bukan pertama kalinya gue ketemu mereka, tapi moment itu nggak akan gue lupain karena bisa duduk dibangku tempat bias gue Nickhun saat itu.
Apalagi saat gue menghadiri prescon konser mereka bertajuk Go Crazy tahun lalu.
Moment ini justru yang lebih nggak bisa gue lupain seumur hidup gue.
Kalian tahu kenapa, karena gue dapet interview ekslusif sama mereka.

Dimana gue bisa nanya langsung sama mereka.
Dan saat itu, gue berkesempatan nanya langsung sama Taecyeon, rekamannya masih ada sampai sekarang sama gue xixixi.
Nggak cuma itu, gue juga dikedipin sama Wooyoung oppa.
Padahal saat itu, gue udah berusaha buat biasa aja, tapi diperlakukan kayak gitu, hati siapa sih yang nggak lemag chingudeul, bayangkan pliiis bayangkan gimana posisi gue saat itu haha.

Dan yang lebih menangkan lagi dari itu chingudeul.
Saat gue ikut prescon SMTOWN.
Sebenarnya gue ini adalah ELF (Everlasting friends) atau fans Super Junior.
Dan saat itu gue bisa ngeliat Leeteuk yang merupakan leader dari Super Junior.
Kalian tahu apa yang gue lakukan saat itu chingudeul,?
Gue gemeteran dan salah tingkah karena duduk paling depan tepatnya di depan Kris yang masih jadi leader EXO-M saat itu.

Gue saat itu bingung harus ngapaian ngerekam atau fokus pada pertanyaan wartawan lain atau gimana.
Akhirnya gue putuskan untuk fokusm elihat semua idola itu, tanpa perduli pertanyaan yang bisa gue rekam.
Karena apa.?
Karena kesempatan seperti ini sangat langka, dan yang pasti prescon itu paling lama mungkin cuma 15-20 menit aja.

 Dari hari itu, gue baru setuju dengan kata dosen gue, kalau jadi seorang jurnalis itu banyak enaknya.
Baiklah gue akan menjelaskan secara rinci mengenai ini, yuk mari :

1. Kita lebih dulu tahu. 
     Gue rasa kalian mengerti dengan maksud gue ini.
     Yah, sebagai seorang wartawan kita udah pasti akan menjadi orang yang akan lebih dulu tahu
     dibandignkan dengan kebayakan orang.
     Gue contohkan seperti prescon ini, sebelum kalian para penggemar melihat beritanya ini di televisi
     atau membaca berita ini di media cetak, online dna media massa lainnya, kita para reporterlah yang
    lebih dulu tahu karea kita yang emberi pertanyaan yang akan di jawab idol tersebut, membuatnya lalu
    disebarkan kemasyarakat luas.

2. Kita paling banyak tahu. 
     Nggak cuma paling dulu tahu, tapi wartawan juga menjadi yang paling banyak tahu.
     Kalian tahu kenapa,? Karena nggak smeua yang kita tanyakan kepada narasumber itu semuanya kita olah
    menjadi berita. Sebagai media, kita pasti akan membuat berita yang kita fikir lebiih menarik, dan
    infotmasi selebihnya yah hanya kita keep dan para wartawan aja yang tahu.
    Satu hal lagi, dalam dunia jurnalistik itu ada yang  dikenal dengan istilah Off The Record. 
    Of The Record itu sendiri meruapakan sesuatu yang tidak kita beritakan dan itu adalah hak dari
    Narasumber kita.
    Misalnya begini :
    Wartawan  : Idol, udah punya pacar belum.?
    Idol            : Uda, tapi off the record dulu yah!

    Nah, misalnya kalau udah begitu berarti udah kewajiban kita untuk nggak beritain itu tadi.
    Lalu, bagaimana jika kita tetap nakal ngeberitain itu semua.?
    Yah,  jawabannya simple sih yah.?
    Kemungkinan besar kita akan dituntut.?

   YAP, jangan fikir jadi jurnalis itu senang terus, tapi kita juga teracam bahaya dan harus hati-hati dengan
   apa yang kita beritakan.
   Tapi, kali ini gue akan bahas tentang apa aja sih enaknya jadi seorang jurnalis itu.
   Untuk kali ini mungkin cuma itu yag bisa gue bagi, ketemu lagi di Part selanjutnya yah.

Semoga bermanfaat.
So Bubay.

0 komentar:

Posting Komentar

By :
Free Blog Templates