Ramadhan
kali ini aku malas pergi taraweh di
masjid komplek rumah. Apalagi harus lewat gang kenanga dengan bunyi petasan
yang nyaring sana-sini. Belum lagi makhluk bernama Dodo yang menyebalkan itu.
Padahal
aku sudah menghabiskan semangkuk penuh Es buah buatan ibu. Tapi aku malas
bergerak taraweh. Tapi dari pada ayah ibu berceramah soal ini lebih baik aku pergi saja. Dan dengan
cepat keluar rumah dan menarik ayam dari atas meja makan.
“kalo
ada jalan lain, sumpah gue males banget lewat sini” gerutu Dini sambil terus
melangkah cepat.
Jeddaaarr,
jeddeerrr, derrrrr
Benar
saja, apa yang aku khawatirkan terjadi juga. Iya, petasan yang mengganggu
ibadah dan yang pasti mengganggu telingaku. Apalagi orang yang ada di sana, si Dodo
teman sekelasku yang menyebalkan dan Rese.
“eh,
Dodo bau, bukannya taraweh malah main petasan aja, kayak anak kecil loe” seruku
sambil mendekati Dodo.
“eee,
kalian, bukanya sholat malah main
petasan” ujar pak Djenar ustad tergalak di komplek rumah kami.
Suasana
jadi kacau mereka semua berlari tak beraturan. Dan akupun terbawa, ada
seseorang yang menarik tanganku. Ketika melihat siapa yang menarik tanganku
itu, dan ternyata…
“ngapain
sih loe narik-narik tangan gue. ?” seruku geram, sembari melepaskan tangan Dodo
Si
Makhluk menyebalkan itu malah, tersenyum dan menarikku naik ke atas rumah pohon
yang lumayan jauh di belakang Masjid. Padahal aku tidak ikut bermain petasan,
tapi kenapa aku ikut bersembunyi. Tapi lebih baik, dari pada ustad Djenar
membabat habis kami berdua. Dodo malah asik memainkankan petasanya yang
membuatku kesal itu. Tapi, aku Cuma bisa duduk melihatnya.
Tttttuuuuuutttt,
ceeesss
Aku
seperti mendengar bunyi yang beda dari suara petasan sebelumnya. Rasanya aku
tau itu bunyi apa, yah aku tau….
“loe
kentut yah do. ?” tanyaku sambil menutup hidung.
Dodo
Cuma melihatku sebentar, terus tersenyum bahagia, lalu kambali asik dengan
petasannya. Arrrrrhhhhh, memang benar-benar makhluk menyebalkan makhluk itu.
* * * *
Malam
ini ada yang berbeda, petasan akan ada di mana-mana. Iya berhubung di komplekku
akan diadakan lomba mengaji seluruh gang. Makanya petasan di perbolehkan. Aku
yakin si makhluk aneh bernama dodo itu, akan jadi orang yang paling bahagia malam
ini.
“ayoo
din..” seseorang menarik tanganku.
“ngapain sih loe, narik-narik tangan gue
terus. ?
Makhluk
bau kentut itu baru saja mengajakku ke pinggir masjid bersama anak-anak lainya.
Petasan bertaburan sana-sini suaranya tak berbentuk. Tiba-tiba, aku kembali
mendengar suara itu, yah aku masih ingat suara itu, bahkan aku masih ingat bau
yang mengikuti suara yang ku dengar barusan. Aku tau siapa pelakunya.
“loe,
kentut lagi yah, nggak sopan banget sih loe, bau banget lagi” seruku dengan
menutup hidung sembari menghampiri Dodo
Tapi,
lagi dan lagi Dodo hanya melihat sebentar, tersenyum, dan kembali asik
memainkan petasanya seperti biasa. Buatku itu sangatlah menyebalkan saat aku
tidaaak di dengar.
“gue
lagi ngomong, dodooll” seruku sambil mendorong Dodo. Saat itu juga sebuah
petasan besar sedang di nyalakan dan tepat mengenai tangan kiri Dodo. Suasana
Riuh, Dodo di bawa ke Rumah sakit. Katanya luka bakar Dodo lumayan parah. Dan,
aku yang membuat Dodo terluka seperti ini…
* * * *
Masih
seperti biasa, aku tetap melaksanakan taraweh di komplek. Tapi ada yang berbeda
saat aku harus melewati jalan kenanga. Iya, tidak ada lagi bunyi petasan yang
menggangu telingaku. Dan yang pasti tidak ada si makhluk menyebalkan Dodo yang
bau kentut itu lagi.
“isshhh,
kenapa sih gue, ngapain juga mikirin makhluk aneh itu” seruku sambil
mempercepat langkah menuju masjid.
Seusai
Taraweh, aku segera keluar masjid dan mampir dulu di kotak amal seperti pesan
bunda tadi sebelum berangkat. Tiba-tiba aku seperti mencium sesuatu, bau yang
rasanya tak asing bagiku. Bau kentut Dodo. ??
“iihh,
kenapa sih, ngapain juga gue mikirin bau kentutnya, Bau gitu issshh
pait-pait-pait” seruku sambil meninggalkan masjid.
Aku
ngak tau, kenapa tiba-tiba aku seperti di buru oleh bayangan Dodo. Memang aku
belom sempat melihatnya kerumah sakit karena setelah pulang sekolah aku harus
ikut latihan paduan suara.
“iihhhh,
ihhh, kenapa sih gue, kenapa sih Dodo terusssss” Seruku sembari menepuk jidat
Aku
gelengkan kepala, supaya tak ada lagi bayangan Dodo di otakku. Tapi,, aku
terhenti, di sebatang pohon besar yang menghalangi jalan. Tunggu dulu,
pohon..?? Aku segera menoleh keatas, benar saja dugaanku, kenapa aku bisa tiba
disini. Tadi kan aku ingin pulang. Tapi kenapa kakiku melangkah ke tempat ini.
“iihhh,
gue kenapa sih,masa sih gue suka sama makhluk bau kentut itu, tapi emang sih
gue kangen sama Makhluk itu. ?” Ucapku pelan.
Aku
terus naik ke atas pohon yang di terangi sebuah lampu neon bewarna merah redup.
Masih sama seperti waktu aku kesini bersama Dodo. Dan, aku terkejut aku melihat
makhluk tinggi sedang duduk di atasnya.
“Hai,
Dini..” sapa makhluk itu ramah.
Untung
aku tidak punya penyakit jantung saat tiba-tiba dia ada di sana. Aku langsung
masuk, dan melihatnya dari ujung kaki hingga kepalanya. Tangan kirinya masih di
balut perban. Tapi, tampaknya sudah baikkan. Tapi tiba-tiba, perasaanku yang
tidak baik, kenapa ini, ada apa.
“gue
udah nggak bisa main petasan lagi Din sekarang-sekarang, tangan gue belom
sembuh bener” kata Dodo kemudian.
“kalo
loe nggak bisa, kan gue bisa gantiin” kataku sembari menyalakan petasan di
dekat Dodo.
Aku
seperti orang yang sudah biasa memainkan petasan. Bahkan aku sudah tidak risih
dengan suaranya yang berisik dan lumayan memekak telinga. Eh, tapi ada yang
kurang.
“eh,
Do, loe nggak kentut. ??” seruku kemudian.
Dodo
yang bisanya Cuma tersenyum kalau aku bicara, sekarang malah bengong dan malah
terlihat lebih mengeherankan.
“Kentut..??
bukanya loe paling sebel gue kentut kalo lagi main petasan, kan kata loe kentut
gue bau” Balas Dodo heran
Aku
terus kembali mengambil petasan dan menyalakanya. Suara petasan masih meriah
dengan cahayanya. Tiba-tiba aku kembali mendengar bunyi sesuatu yang ku tunggu,
iya petasan kentut ala dodo. Kali ini aku hanya melihat, tersenyum, dan kembali
bermain petasan. Meski bau, tapi kali ini baunya adalah bau cinta, Iya petasan
kentutnya Dodo sekarang berubah jadi wangi cinta buatku.
_The end_
0 komentar:
Posting Komentar