Jumat, 10 Agustus 2012

#74 : Petasan Kentut, Wangi Cinta


Ramadhan kali ini aku  malas pergi taraweh di masjid komplek rumah. Apalagi harus lewat gang kenanga dengan bunyi petasan yang nyaring sana-sini. Belum lagi makhluk bernama Dodo yang menyebalkan itu.


Padahal aku sudah menghabiskan semangkuk penuh Es buah buatan ibu. Tapi aku malas bergerak taraweh. Tapi dari pada ayah ibu berceramah soal  ini lebih baik aku pergi saja. Dan dengan cepat keluar rumah dan menarik ayam dari atas meja makan.


“kalo ada jalan lain, sumpah gue males banget lewat sini” gerutu Dini sambil terus melangkah cepat.


Jeddaaarr, jeddeerrr, derrrrr


Benar saja, apa yang aku khawatirkan terjadi juga. Iya, petasan yang mengganggu ibadah dan yang pasti mengganggu telingaku. Apalagi orang yang ada di sana, si Dodo teman sekelasku yang menyebalkan dan Rese.


“eh, Dodo bau, bukannya taraweh malah main petasan aja, kayak anak kecil loe” seruku sambil mendekati Dodo.
“eee, kalian, bukanya sholat malah  main petasan” ujar pak Djenar ustad tergalak di komplek rumah kami.


Suasana jadi kacau mereka semua berlari tak beraturan. Dan akupun terbawa, ada seseorang yang menarik tanganku. Ketika melihat siapa yang menarik tanganku itu, dan ternyata…


“ngapain sih loe narik-narik tangan gue. ?” seruku geram, sembari melepaskan tangan Dodo


Si Makhluk menyebalkan itu malah, tersenyum dan menarikku naik ke atas rumah pohon yang lumayan jauh di belakang Masjid. Padahal aku tidak ikut bermain petasan, tapi kenapa aku ikut bersembunyi. Tapi lebih baik, dari pada ustad Djenar membabat habis kami berdua. Dodo malah asik memainkankan petasanya yang membuatku kesal itu. Tapi, aku Cuma bisa duduk melihatnya.


Tttttuuuuuutttt, ceeesss


Aku seperti mendengar bunyi yang beda dari suara petasan sebelumnya. Rasanya aku tau itu bunyi apa, yah aku tau….
“loe kentut yah do. ?” tanyaku sambil menutup hidung.


 Dodo Cuma melihatku sebentar, terus tersenyum bahagia, lalu kambali asik dengan petasannya. Arrrrrhhhhh, memang benar-benar makhluk menyebalkan makhluk itu.
* * * *
Malam ini ada yang berbeda, petasan akan ada di mana-mana. Iya berhubung di komplekku akan diadakan lomba mengaji seluruh gang. Makanya petasan di perbolehkan. Aku yakin si makhluk aneh bernama dodo itu, akan jadi orang yang paling bahagia malam ini.


“ayoo din..” seseorang menarik tanganku.
 “ngapain sih loe, narik-narik tangan gue terus. ? 


Makhluk bau kentut itu baru saja mengajakku ke pinggir masjid bersama anak-anak lainya. Petasan bertaburan sana-sini suaranya tak berbentuk. Tiba-tiba, aku kembali mendengar suara itu, yah aku masih ingat suara itu, bahkan aku masih ingat bau yang mengikuti suara yang ku dengar barusan. Aku tau siapa pelakunya.


“loe, kentut lagi yah, nggak sopan banget sih loe, bau banget lagi” seruku dengan menutup hidung sembari menghampiri Dodo


Tapi, lagi dan lagi Dodo hanya melihat sebentar, tersenyum, dan kembali asik memainkan petasanya seperti biasa. Buatku itu sangatlah menyebalkan saat aku tidaaak di dengar. 


“gue lagi ngomong, dodooll” seruku sambil mendorong Dodo. Saat itu juga sebuah petasan besar sedang di nyalakan dan tepat mengenai tangan kiri Dodo. Suasana Riuh, Dodo di bawa ke Rumah sakit. Katanya luka bakar Dodo lumayan parah. Dan, aku yang membuat Dodo terluka seperti ini…
* * * *


Masih seperti biasa, aku tetap melaksanakan taraweh di komplek. Tapi ada yang berbeda saat aku harus melewati jalan kenanga. Iya, tidak ada lagi bunyi petasan yang menggangu telingaku. Dan yang pasti tidak ada si makhluk menyebalkan Dodo yang bau kentut itu lagi.

“isshhh, kenapa sih gue, ngapain juga mikirin makhluk aneh itu” seruku sambil mempercepat langkah menuju masjid.


Seusai Taraweh, aku segera keluar masjid dan mampir dulu di kotak amal seperti pesan bunda tadi sebelum berangkat. Tiba-tiba aku seperti mencium sesuatu, bau yang rasanya tak asing bagiku. Bau kentut Dodo. ??


“iihh, kenapa sih, ngapain juga gue mikirin bau kentutnya, Bau gitu issshh pait-pait-pait” seruku sambil meninggalkan masjid.


Aku ngak tau, kenapa tiba-tiba aku seperti di buru oleh bayangan Dodo. Memang aku belom sempat melihatnya kerumah sakit karena setelah pulang sekolah aku harus ikut latihan paduan suara.

“iihhhh, ihhh, kenapa sih gue, kenapa sih Dodo terusssss” Seruku sembari menepuk jidat


Aku gelengkan kepala, supaya tak ada lagi bayangan Dodo di otakku. Tapi,, aku terhenti, di sebatang pohon besar yang menghalangi jalan. Tunggu dulu, pohon..?? Aku segera menoleh keatas, benar saja dugaanku, kenapa aku bisa tiba disini. Tadi kan aku ingin pulang. Tapi kenapa kakiku melangkah ke tempat ini.


“iihhh, gue kenapa sih,masa sih gue suka sama makhluk bau kentut itu, tapi emang sih gue kangen sama Makhluk itu. ?” Ucapku pelan.


Aku terus naik ke atas pohon yang di terangi sebuah lampu neon bewarna merah redup. Masih sama seperti waktu aku kesini bersama Dodo. Dan, aku terkejut aku melihat makhluk tinggi sedang duduk di atasnya.


“Hai, Dini..” sapa makhluk itu ramah.


Untung aku tidak punya penyakit jantung saat tiba-tiba dia ada di sana. Aku langsung masuk, dan melihatnya dari ujung kaki hingga kepalanya. Tangan kirinya masih di balut perban. Tapi, tampaknya sudah baikkan. Tapi tiba-tiba, perasaanku yang tidak baik, kenapa ini, ada apa.


“gue udah nggak bisa main petasan lagi Din sekarang-sekarang, tangan gue belom sembuh bener” kata Dodo kemudian.
“kalo loe nggak bisa, kan gue bisa gantiin” kataku sembari menyalakan petasan di dekat Dodo.


Aku seperti orang yang sudah biasa memainkan petasan. Bahkan aku sudah tidak risih dengan suaranya yang berisik dan lumayan memekak telinga. Eh, tapi ada yang kurang.
“eh, Do, loe nggak kentut. ??” seruku kemudian.


Dodo yang bisanya Cuma tersenyum kalau aku bicara, sekarang malah bengong dan malah terlihat lebih mengeherankan.


“Kentut..?? bukanya loe paling sebel gue kentut kalo lagi main petasan, kan kata loe kentut gue bau” Balas Dodo heran


Aku terus kembali mengambil petasan dan menyalakanya. Suara petasan masih meriah dengan cahayanya. Tiba-tiba aku kembali mendengar bunyi sesuatu yang ku tunggu, iya petasan kentut ala dodo. Kali ini aku hanya melihat, tersenyum, dan kembali bermain petasan. Meski bau, tapi kali ini baunya adalah bau cinta, Iya petasan kentutnya Dodo sekarang berubah jadi wangi cinta buatku.

_The end_












0 komentar:

Posting Komentar

By :
Free Blog Templates