Transportasi di ibukota memang tengah
menjadi sorotan public. Banyak masalah transportasi yang belum bisa
terselesaikan selain kemacetannya yang semakin menjadi. Langkah Gubernur
Jakarta mengatasi kemacetan dan memperbaiki transportasi salah satunya dengan
mencoba menghimbau Masyarakat untuk beralih menggunakan Bus Trans Jakarta
Busway.
Sejauh ini terhitung sudah 12 Koridor
yang di buka, dengan koridor terakhir yang baru saja di resmikan pada minggu
lalu, di kawasan Fatahillah Jakarta Barat. Peresmian yang di hadiri Gubernur
DKI Jakarta Joko Widodo ini berjurusan dengan jurusan Periuk-pluit tadinya sempat
terhambat karena kondisi Banjir yang melanda Jakarta beberapa waktu lalu.
Sayangnya sudah hampir 12 koridor yang
sudah di buka., hingga saat ini kenyamanan dan pelayanannya bagi pengguna masih
terbilang kurang. Masihh banyak masalah yang sebenarnya harus di benahi lagi
oleh Badan Layana Umum sendiri di banding membuka lagi koridor baru sementara
di koridor lain belum sesuai dengan harapan bagi pengguna.
Ada banyak masalah yang menjadi
keluhan para penguna layanan Transportasi yang biasa di kenal Busway oleh
masyarakat ini.
Masalah pertama ialah masalah antrian
penumpang. Di setiap halte meski di pisah dari setiap jurusan yang berbeda
namun antrian itu akan membludak Nampak di setiap jam pulang pergi kerja juga
pada hari weekend.
Yang menjadi masalah bukan antrian
yang membludaknya, tapi bagaimana dengan antrinnya itu sendiri. Semua antrian
tidak memisahkan antara laki-laki dan perempuan dan tampak bergerombol. Dan di
saat Bus transjakarta tiba keadaan makin tidak beraturan. Masing-masing dari
penumpang saling berebut masuk duluan. Tidak masalah jika si penumpang keadaan
kesehatannya sama dan baik-baik saja, belum lagi jika ada orang lanjut usia
yang berada di tengah antrian, belum lagi yang ikut membawa anak kecil, dengan
kondisi seperti itu menjadi sebuah masalah yang harus di cari solusinya. Atau
bisa dengan membatas antrian perorang tidak masalah jika sedikit lama, tapi
bagaimana menunjukan jika itu sangat teratur.
Masalah kedua adalah si penjaga Bus
Trans Jakarta, baik On Board, Patroli ataupun si penjaga tiket. Saat keadaan
penuh terkadang si Onboard mulai kehilangan kendali bahkan ada yang coba
bersitegang dengan penumpang, sedangkan si penjaga tiket yang seharusnya
melayani dengan baik malah terkadang sering kedapatan tengah mengobrol,
menelphone, atau berdandan di dalam loket penjualan tiket, terlebih ada
beberapa yang menyobek tiket secara tidak sopan tidak berdiri sesuai
keseharusannya di jam tugas dan kerjanya. Dan si Peramudi yang terkadang merem mendadak
bus yang ia kendarai, karena terkadang kondisi di dalam bus tidak tentu,
terlebih di saat penuh berbagai keadaan penumpang yang ada di dalamnya.
Dan keterlambatan bus datang, banyak
sekali alasan yang mendasari dari masalah ini dari berbagai sumber terkait.
Mulai dari keadaan jalan yang macet dan Pengisian Bahan bakar. Dari sisi
kemacetan, bukankah dari awal sudah di gadang-gadang jika Bus Tranjakarta
mempunyai lajur khusus sendiri yang akan terbebas dari macet, tapi pada
kenyataan tidak begitu. Tidak ada sanksi tegas dari masalah ini, seharusnya
bukan hanya sanksi berupa uang tapi mulai memikirkan sanksi yang pelahan
mengubah keadaan Jakarta yang bobrok sekarang.
Dan sisi pengisian bahan bakar, ini alasan
yang tampak sangat klasik, meskipun pengisian bahan bakar, tapi harusnya di
atur agar bagaimana penumpang tidak terlantarkan. Terkadang tidak hanya satu
atau dua bus yang mengisi bahan bakar yang jaraknya lumayan jauh dari koridor
seharusnya, tapi para bus mengisi bahan bakar secara bergerombol. Yang harus di
fikirkan adalah memangnya seberapa banyak Bus yang disiapkan di setiap
koridornya, harusnya mulai memikirkan bagaimana mengatur itu secara perlahan
karena dengan kedua alasan itu penumpang tidak hanya menunggu satu atau dua jam
bahkan hampir berjam-jam.
Dengan masalah-masalah seperti ini
apakah tujuan awal dari layanan transportasi ini untuk mangajak masyarakat
beralih ke bus tranjakarta Busway yang tadinya merupakan solusi kemacetan malah
terjebak dalam kemacetan yang semakin parah itu sendiri. Tentu masyarakat akan
tetap pada kebiasan semua, masih dengan kemacetannya, dan yang terpenting
sedikit lebih nyaman duduk di Mobil mereka masing-masing dari pada seperti ini.
So, we hope Indonesia bisa memikirkan
dan mulai berfikir bagaimana mengatasi ini bukan hanya melihat dan terus
berjalan sebelum menyelesaikan masalah di belakangnya. bukankah memanusiakan penumpang juga menjadi slogan bagus yang harus di wujudkan.